Jumat, 13 Januari 2012

Fenomena Facebook (bag.2) Tinjau Kerabat Facebook

Tinjau Ulang...Ketika
Mencantumkan Kerabat dalam
situs Jejaring Sosial
Diposkan oleh Ummu `Afifah (Umi
Romadiyani) | di 17:450
Bismillah washolatu wassalamu
‘ala rosulillah walaa haula walaa
quwwata illa billah.
Islam begitu indah, mulia, suci dan
menjaga kesucian serta penuh
kesempurnaan, segala sesuatu
mulai dari perkara kecil hingga
yang besar termasuk masalah
nasab, kekerabatan, kekeluargaan
dan pertemanan ada aturan dan
tuntunannya.
Agama Islam sudah mengatur hal
ihwal hubungan kekerabatan/
famili dan pertemanan. Dahulu
Nabi shallallohu ‘alaihi wasllam
pernah mempersaudarakan kaum
Muhajirin dan Anshar sampai
kemudian Allah Ta’ala menghapus/
melarang hal ini dengan
firmanNya
ﻭَﺃُﻭﻟُﻮ ﺍﻟْﺄَﺭْﺣَﺎﻡِ ﺑَﻌْﻀُﻬُﻢْ ﺃَﻭْﻟَﻰٰ ﺑِﺒَﻌْﺾٍ ﻓِﻲ
ﻛِﺘَﺎﺏِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺑِﻜُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻋَﻠِﻴﻢٌ
“Dan orang-orang yang
mempunyai hubungan
kekerabatan itu sebagiannya lebih
berhak terhadap sesamanya
(daripada yang bukan kerabat) di
dalam Kitab Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.” (QS. Al-Anfal:75).
Semenjak ayat ini turun maka
tidak diakui lagi hubungan
kerabat dengan yang tidak
sedarah. Jika ada yang berteman
akrab maka jadikanlah sebagai
sahabat bukan kakak kandung,
adik kandung, saudara dan
selainnya yang masih dalam
lingkup kerabat dan pertalian
keluarga.
Tidak boleh bagi seseorang
menasabkan diri kepada selain
nasabnya yang asli atau mengaku
keturunan dari yang bukan
ayahnya sendiri. Sungguh Islam
telah mengharamkan seorang
ayah mengingkari nasab anaknya.
Alloh berfirman :
ﻭَﻣَﺎ ﺟَﻌَﻞَ ﺃَﺩْﻋِﻴَﺎﺀَﻛُﻢْ ﺃَﺑْﻨَﺎﺀَﻛُﻢْ ۚﺫَٰﻟِﻜُﻢْ
ﻗَﻮْﻟُﻜُﻢْ ﺑِﺄَﻓْﻮَﺍﻫِﻜُﻢْ ۖ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟْﺤَﻖَّ
ﻭَﻫُﻮَ ﻳَﻬْﺪِﻱ ﺍﻟﺴَّﺒِﻴﻞَ ﺍﺩْﻋُﻮﻫُﻢْ ﻵﺑَﺎﺋِﻬِﻢْ ﻫُﻮَ
ﺃَﻗْﺴَﻂُ ﻋِﻨﺪَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻓَﺈِﻥ ﻟَّﻢْ ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮﺍ ﺁﺑَﺎﺀَﻫُﻢْ
ﻓَﺈِﺧْﻮَﺍﻧُﻜُﻢْ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ ﻭَﻣَﻮَﺍﻟِﻴﻜُﻢْ ﻭَﻟَﻴْﺲَ
ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺟُﻨَﺎﺡٌ ﻓِﻴﻤَﺎ ﺃَﺧْﻄَﺄْﺗُﻢ ﺑِﻪِ ﻭَﻟَﻜِﻦ ﻣَّﺎ
ﺗَﻌَﻤَّﺪَﺕْ ﻗُﻠُﻮﺑُﻜُﻢْ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻏَﻔُﻮﺭًﺍ ﺭَّﺣِﻴﻤًﺎ
“Dan Allah sekali-kali tidak
menjadikan anak-anak angkat
kalian sebagai anak kandung
kalian sendiri. Yang demikian itu
hanyalah perkataan kalian di
mulut kalian saja. Dan Allah
mengatakan yang sebenarnya dan
Dia menunjukkan jalan yang
benar. Panggilah mereka (anak-
anak angkat itu) dengan
(memakai) nama bapak-bapak
mereka; itulah yang lebih adil
pada sisi Allah, dan jika kamu tidak
mengetahui bapak-bapak mereka,
maka (panggilah mereka sebagai)
saudara-saudaramu seagama dan
maula-maulamu. Dan tidak ada
dosa atasmu terhadap apa yang
kamu khilaf padanya, tetapi (yang
ada dosanya) apa yang disengaja
oleh hatimu. Dan adalah Allah
Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. (QS. Al-Ahzab:4-5).
Dan Nabi shollallohu alaihi wa
sallam bersabda:
ﻣَﻦِ ﺍﺩَّﻋَﻰ ﺇِﻟَﻰ ﻏَﻴْﺮِ ﺃَﺑِﻴﻪِ ﺃَﻭْ ﺍﻧْﺘَﻤَﻰ ﺇِﻟَﻰ
ﻏَﻴْﺮِ ﻣَﻮَﺍﻟِﻴﻪِ، ﻓَﻌَﻠَﻴْﻪِ ﻟَﻌْﻨَﺔُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺍﻟﻤَﻼَﺋِﻜَﺔِ
ﻭَﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺃَﺟْﻤَﻌِﻴﻦَ، ﻻَ ﻳَﻘْﺒَﻞُ ﺍﻟﻠﻪُ ﻣِﻨْﻪُ ﻳَﻮْﻡَ
ﺍﻟﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﺻَﺮْﻓًﺎ ﻭَﻻَ ﻋَﺪْﻻً
“Barangsiapa yang mengaku
sebagai anak kepada selain
bapaknya atau menisbatkan
dirinya kepada yang bukan
walinya, maka baginya laknat
Alloh, malaikat, dan segenap
manusia. Pada hari Kiamat nanti,
Alloh tidak akan menerima darinya
ibadah yang wajib maupun yang
sunnah”
Dikeluarkan oleh Muslim dalam al-
Hajj (3327) dan Tirmidzi dalam al-
Wala’ wal Habbah bab Ma ja’a
fiman tawalla ghoiro mawalihi
(2127), Ahmad (616) dari hadits
Ali bin Abi Tholib rodhiyallohu
anhu.
Dan dalam riwayat yang lain :
ﻣَﻦِ ﺍﺩَّﻋَﻰ ﺇِﻟَﻰ ﻏَﻴْﺮِ ﺃَﺑِﻴﻪِ ﻭَﻫُﻮَ ﻳَﻌْﻠَﻢُ ﺃَﻧَّﻪُ
ﻏَﻴْﺮُ ﺃَﺑِﻴﻪِ، ﻓَﺎﻟﺠَﻨَّﺔُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺣَﺮَﺍﻡٌ
“Barangsiapa bernasab kepada
selain ayahnya dan ia mengetahui
bahwa ia bukan ayahnya, maka
surga haram baginya.”
Dikeluarkan oleh Bukhori dalam al-
Maghozi bab : Ghozwatuth Tho`if
(3982), Muslim dalam “al-
Iman” (220), Abu Dawud dalam
“al-Adab” (Bab Seseorang
mengaku keturunan dari yang
bukan bapaknya (5113) dan Ibnu
Majah dalam (al-Hudud) Bab orang
yang mengaku keturunan dari
yang bukan bapaknya atau
berwali kepada selain walinya
(2610) dan Ibnu Hibban (415) dan
Darimi (2453) dan Ahmad (1500)
dan hadits Sa’ad bin Abi Waqqosh
dan Abu Bakroh rodhiyallohu
anhuma.
Maka tidak boleh dikatakan: Fulan
bin Fulan atau Fulanah bintu Fulan
sedangkan ia bukan anaknya.
Orang yang paling dekat dengan
seseorang seperti anak tiri dan
anak angkat tidak boleh
dinasabkan kepada bapak tiri dan
bapak angkat serta keluarganya,
maka bagaimana dengan
selainnya yang tidak ada
hubungan kekerabatan sama
sekali, tentu lebih tidak boleh.
Bahkan dihalalkan mantan istri
anak angkat (setelah perceraian
keduanya) untuk dinikahi oleh
ayah angkatnya. Sebagaimana
Allah ‘Azza wa Jalla menikahkan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dengan Zainab bintu Jahsy
radhiyallahu ‘anha setelah
diceraikan oleh Zaid bin Haritsah
radhiyallahu ‘anhu yang dulunya
merupakan anak angkat Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
sebelum turunnya ayat-ayat yang
melarang hal tersebut. Allah ‘Azza
wa Jalla menerangkan hikmah dari
kejadian tersebut dengan firman-
Nya:
ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﻗَﻀَﻰٰ ﺯَﻳْﺪٌ ﻣِّﻨْﻬَﺎ ﻭَﻃَﺮًﺍ ﺯَﻭَّﺟْﻨَﺎﻛَﻬَﺎ
ﻟِﻜَﻲْ ﻟَﺎ ﻳَﻜُﻮﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﺣَﺮَﺝٌ ﻓِﻲ
ﺃَﺯْﻭَﺍﺝِ ﺃَﺩْﻋِﻴَﺎﺋِﻬِﻢْ ﺇِﺫَﺍ ﻗَﻀَﻮْﺍ ﻣِﻨْﻬُﻦَّ ﻭَﻃَﺮًﺍ
“Maka tatkala Zaid telah
mengakhiri keperluan terhadap
istrinya (menceraikannya), Kami
nikahkan dia denganmu agar tidak
ada keberatan bagi kaum
mukminin untuk menikahi istri-
istri anak angkat mereka apabila
anak angkat tersebut telah
menyelesaikan urusan dengan
istri-istri mereka (telah
bercerai).” (Al-Ahzab: 37)
Namun sangat disayangkan di
dunia perfacebookan, ada orang
yang mencantumkan orang lain
sebagai keluarga padahal tidak
ada sama sekali hubungan nasab,
kekerabatan, darah maupun
pernikahan. Padahal hubungan
kekerabatan yang diopsikan di
Facebook sudah sangat jelas dan
sepesifik sebagai berikut:
Saudara
Istri
Suami
Ibu
Putri
Putra
Bibi
Paman
Keponakan
Sepupu
Nenek
Kakek
Cucu
Adik
Kakak
Calon Bayi
Rekanan
Rekanan
Maka, bagaimana seseorang
mencantumkan sebagai Saudara
namun bukan Saudaranya?!
Bagaimana pula seseorang
mencantumkan sebagai Nenek
namun bukan Neneknya?!
Bagaimana pula seseorang
mencantumkan sebagai Kakek
namun bukan Kakeknya?!
Bagaimana pula seseorang
mencantumkan sebagai Cucu
namun bukan Cucunya?!
Bagaimana pula seseorang
mencantumkan sebagai Adik
namun bukan Adiknya?!
Dan seterusnya….
Semoga ayat dan hadits-hadits di
atas menjadi peringatan bagi kita
agar berhati-hati dan tidak
sembarangan dalam menganggap
orang lain sebagai kerabat
termasuk mencantumkannya
dalam daftar keluarga di
Facebook.
Maka, cukup panggilah mereka
sebagai saudara-saudaramu
seagama….
Wallohu’alam bishowab.
========
Rujukan:
Al-Qur’anul Karim
Maktabah Asy-Syamilah
Fatawa wa Rasa’il Samahatusy
Syaikh Muhammad bin Ibrahim
Alusy Syaikh, 9/21-25.

Untuk semua saudara q yang pernah jadi Ibu, Ayah, Kakek, Bibi, Adik, Kakak di info Akun aq,, Maaf yahh aq hapus. Penjelasan hadist diatas sudah cukup sbgai alasannya.. Note ini dapat dari Bungsu Masih Belajar :-)
Bila ada yg setuju dg Note ini (jempoL) n tdak menghapus di sibLIng kalian brarti jempoLnya palsu... ^

Selasa, 10 Januari 2012

Fenonema Facebook (rugi jika tak baca)


= ketika iffah mulai luntur (dibalik fenomena facebook) =


“INGATLAH JIKA PERBUATAN DAN HATI AKAN DIHISAB DI AKHIRAT NANTI”
(( 21:1))


Tanpa kita sadari, setan menggangu kita melalui situs ini. Jika kita tidak berhati-hati dan koreksi diri kita dapat terjerumus dalam berbagai dosa & maksiat. Demi Masa, sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Ketika perpecahan keluarga menjadi tontonan yang ditunggu dalam sebuah episode infotainment setiap hari.

Ketika aib seseorang ditunggu-tunggu ribuan mata bahkan jutaan dalam berita-berita media massa.

Ketika seorang celebritis dengan bangga menjadikan kehamilannya di luar pernikahan yang sah sebagai ajang sensasi setan yang ditunggu-tunggu ...’siapa calon bapak si jabang bayi?’

Ada kabar yang lebih menghebohkan, lagi-lagi seorang celebritis yang belum resmi berpisah dengan suaminya, tanpa rasa malu berlibur, berjalan bersama pria lain, dan dengan mudahnya mengolok-olok suaminya.

Wuiih......mungkin kita bisa berkata ya wajarlah artis, kehidupannya ya seperti itu, penuh sensasi. Kalau perlu dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi, aktivitasnya diberitakan dan dinikmati oleh publik.

Wuiiih......ternyata sekarang bukan hanya artis yang bisa seperti itu, sadar atau tidak, ribuan orang sekarang sedang menikmati aktivitasnya, apapun, diketahui orang , dikomentarin orang bahkan mohon maaf ....’dilecehkan’ orang, dan herannya perasaan yang didapat adalah kesenangan.

Fenomena itu bernama facebook , setiap saat para facebooker meng update statusnya agar bisa dinikmati dan dikomentarin lainnya. Lupa atau sengaja hal-hal yang semestinya menjadi konsumsi internal keluarga, menjadi kebanggaan di statusnya. Lihat saja beberapa status facebook :

Seorang wanita menuliskan “Hujan-hujan malam-malam sendirian, enaknya ngapain ya.....?” ------ kemudian puluhan komen bermunculan dari lelaki dan perempuan, bahkan seorang lelaki temannya menuliskan “Mau ditemanin? Dijamin puas deh...”

Seorang wanita lainnya menuliskan “Bangun tidur, badan sakit semua, biasa....habis malam jumat ya begini...” kemudian komen2 nakal bermunculan...

Ada yang menulis “ bete nih di rumah terus, mana misua jauh lagi.... ”, ----kemudian komen2 pelecehan bermunculan.

Ada pula yang komen di wall temannya “ eeeh ini si anu ya ...., yang dulu dekat dengan si itu khan? Aduuh dicariin tuh sama si itu....” ----lupa klu si anu sudah punya suami dan anak-anak yang manis.

Yang laki-laki tidak kalah hebat menulis statusnya “habis minum jamu nih...., ada yang mau menerima tantangan ? ’----langsung berpuluh2 komen datang.

Ada yang hanya menuliskan, “lagi bokek, kagak punya duit...”

Ada juga yang nulis “ mau tidur nih, panas banget...bakal tidur pake dalaman lagi nih ” .

Dan ribuan status-status yang numpang jahilliyah dan pengen ada komen-komen dari lainnya.

Dan itu sadar atau tidak sadar dinikmati oleh indera kita, mata kita, telinga kita, bahkan pikiran kita.

Ada yang lebih kejam dari sekedar status facebook, dan herannya seakan hilang rasa empati dan sensitifitas dari tiap diri terhadap hal-hal yang semestinya di tutup dan tidak perlu di tampilkan.

Seorang wanita dengan nada guyon mengomentarin foto yang baru saja di upload di albumnya, foto-foto saat SMA dulu setelah berolah raga memakai kaos dan celana pendek.....padahal sebagian besar yg di dalam foto tersebut sudah berjilbab

Ada seorang karyawati mengupload foto temannya yang sekarang sudah berubah dari kehidupan jahiliyah menjadi kehidupan islami, foto saat dulu jahiliyah bersama teman2 prianya bergandengan dengan ceria....

Ada pula seorang pria meng upload foto seorang wanita mantan kekasihnya dulu yang sedang dalam kondisi sangat seronok padahal kini sang wanita telah berkeluarga dan hidup dengan tenang.

Rasanya hilang apa yang diajarkan seseorang yang sangat dicintai Allah...., yaitu Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, Rasulullah kepada umatnya. Seseorang yang sangat menjaga kemuliaan dirinya dan keluarganya . Ingatkah ketika Rasulullah bertanya pada Aisyah radhiyallahu 'anha:

“ Wahai Aisyah apa yang dapat saya makan pagi ini?” maka Istri tercinta, sang Humairah, sang pipi merah Aisyah menjawab, “ Rasul, kekasih hatiku, sesungguhnya tidak ada yang dapat kita makan pagi ini”. Rasul dengan senyum teduhnya berkata, “Baiklah Aisyah, aku berpuasa hari ini”. Tidak perlu orang tahu bahwa tidak ada makanan di rumah Rasulullah....

Ingatlah Abdurahman bin Auf radhiyallahu 'anhu mengikuti Rasulullah berhijrah dari mekah ke madinah, ketika saudaranya menawarkannya sebagian hartanya, dan sebagian rumahnya, maka abdurahman bin auf mengatakan, tunjukan saja saya pasar. Kekurangannya tidak membuat beliau kehilangan kemuliaan hidupnya. Bahwasanya kehormatan menjadi salah satu indikator keimanan seseorang, sebagaimana Rasulullah, bersabda, “Malu itu sebahagian dari iman”. (Bukhari dan Muslim).

Dan fenomena di atas menjadi Tanda Besar buat kita umat Islam, hegemoni ‘kesenangan semu’ dan dibungkus dengan ‘persahabatan fatamorgana’ ditampilkan dengan mudahnya celoteh dan status dalam facebook yang melindas semua tata krama tentang malu, tentang menjaga Kehormatan Diri dan keluarga .

Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menegaskan dengan sindiran keras kepada kita

“Apabila kamu tidak malu maka perbuatlah apa yang kamu mau.” (Bukhari).

Arogansi kesenangan semakin menjadi-jadi dengan tanpa merasa bersalah mengungkit kembali aib-aib masa lalu melalui foto-foto yang tidak bermartabat yang semestinya dibuang saja atau disimpan rapat.

Bagi mereka para wanita yang menemukan jati dirinya, dibukakan cahayanya oleh Allah sehingga saat di masa lalu jauh dari Allah kemudian ter inqilabiyah – tershibghoh, tercelup dan terwarnai cahaya ilahiyah, hatinya teriris melihat masa lalunya dibuka dengan penuh senyuman, oleh orang yang mengaku sebagai teman, sebagai sahabat.

Maka jagalah kehormatan diri, jangan tampakkan lagi aib-aib masa lalu, mudah-mudahan Allah menjaga aib-aib kita.

Maka jagalah kehormatan diri kita, simpan rapat keluh kesah kita, simpan rapat aib-aib diri, jangan bebaskan ‘kesenangan’, ‘gurauan’ membuat Iffah kita luntur tak berbekas.

catatan:
" Iffah ''(bisa berarti martabat/kehormatan) adalah bahasa yang lebih akrab untuk menyatakan upaya penjagaan diri ini. Iffah sendiri memiliki makna usaha memelihara dan menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak halal, makruh dan tercela."

Judul Asli :
= Ketika Iffah mulai luntur (dibalik fenomena facebook) =

Beberapa orang sering dgn mudahnya meng-up date status mereka dgn kata-kata yg tidak jelas" entah apa tujuannya selain untuk numpang beken, cari perhatian dan pengin ada komen-komen dari lainnya".

> Dingin . . .
> B.E.T.E. . . .
> Capek
> Puanass buaget neh !
> Arghhh .. . !!!!
> Gile tuh org !
> . . .
> Aku masih menanti . . _________________________________________

Mohon kiranya untuk men-tag ataupun men-sharing artikel ini dengan orang yang Anda kasihi demi kebaikan kita bersama.

“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.”( HR Muslim)

Apabila ada kebaikan dalam catatan ini, maka sebaiknya mari kita SEBARKAN untuk dibaca oleh orang yg kita cintai

“Orang yang menyeru (menyuruh/menasehatkan) kepada kebaikan akan memperoleh pahala seperti orang yang mengamalkan seruannya, tanpa mengurangi pahala orang yang mengamalkan sedikitpun. Sebaliknya, orang yang menyeru kejahatan akan mendapatkan dosa seperti orang yang mengamalkannya, tanpa mengurangi dosa orang yang mengamalkannya sedikitpun.” (HR. Muslim)

______________________________
______

Tambahan:

Waktu yang Sia-sia Di Depan Facebook

Saudaraku, inilah yang kami ingatkan untuk para pengguna facebook. Ingatlah waktumu! Kebanyakan orang betah berjam-jam di depan facebook, bisa sampai 5 jam bahkan seharian, namun mereka begitu tidak betah di depan Al Qur’an dan majelis ilmu. Sungguh, ini yang kami sayangkan bagi saudara-saudaraku yang begitu gandrung dengan facebook. Oleh karena itu, sadarlah!!

Semoga beberapa nasehat ulama kembali menyadarkanmu tentang waktu dan hidupmu.

Imam Asy Syafi’i rahimahullah pernah mengatakan:

“Aku pernah bersama dengan seorang sufi. Aku tidaklah mendapatkan pelajaran darinya selain dua hal. Pertama, dia mengatakan bahwa waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotongnya (memanfaatkannya), maka dia akan memotongmu.”

Lanjutan dari perkataan Imam Asy Syafi’i di atas:

“Kemudian orang sufi tersebut menyebutkan perkataan lain: Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil).” (Al Jawabul Kafi,109, Darul Kutub Al ‘Ilmiyah).

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:
“Waktu manusia adalah umurnya yang sebenarnya. Waktu tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan untuk mendapatkan kehidupan yang abadi dan penuh kenikmatan dan terbebas dari kesempitan dan adzab yang pedih. Ketahuilah bahwa berlalunya waktu lebih cepat dari berjalannya awan (mendung). Barangsiapa yang waktunya hanya untuk ketaatan dan beribadah pada Allah, maka itulah waktu dan umurnya yang sebenarnya. Selain itu tidak dinilai sebagai kehidupannya, namun hanya teranggap seperti kehidupan binatang ternak.”

Ingatlah … Kematian Lebih Layak Bagi Orang yang Menyia-nyiakan Waktu.

Ibnul Qayyim mengatakan perkataan selanjutnya yang sangat menyentuh qolbu:
“Jika waktu hanya dihabiskan untuk hal-hal yang membuat lalai, untuk sekedar menghamburkan syahwat (hawa nafsu), berangan-angan yang batil, hanya dihabiskan dengan banyak tidur dan digunakan dalam kebatilan, maka sungguh kematian lebih layak bagi dirinya.” (Al Jawabul Kafi, 109)

Marilah Memanfaatkan Facebook untuk Dakwah

Inilah pemanfaatan yang paling baik yaitu facebook dimanfaatkan untuk dakwah. Betapa banyak orang yang senang dikirimi pesan nasehat agama yang dibaca di inbox, note atau melalui link mereka. Banyak yang sadar dan kembali kepada jalan kebenaran karena membaca nasehat-nasehat tersebut.

Jadilah orang yang bermanfaat bagi orang lain apalagi dalam masalah agama yang dapat mendatangkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Dari Jabir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling memberikan manfaat bagi orang lain.” (Al Jaami’ Ash Shogir, no. 11608)

Dari Abu Mas’ud Al Anshori, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barangsiapa memberi petunjuk pada orang lain, maka dia mendapat ganjaran sebagaimana ganjaran orang yang melakukannya.” (HR. Muslim).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
لأَنْ يَهْدِىَ اللَّهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ
“Jika Allah memberikan hidayah kepada seseorang melalui perantaraanmu maka itu lebih baik bagimu daripada mendapatkan unta merah (harta yang paling berharga orang Arab saat itu).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Lihatlah saudaraku, bagaimana jika tulisan kita dalam note, status, atau link di facebook dibaca oleh 5, 1o bahkan ratusan orang, lalu mereka amalkan, betapa banyak pahala yang kita peroleh. Jadi, facebook jika dimanfaatkan untuk dakwah semacam ini, sungguh sangat bermanfaat.

Penutup:
= Nasehat Bagi Para Pengguna Facebook =


Faedah dari perkataan Imam Asy Syafi’i:
“Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil)”.(Al Jawabul Kafi, 109)

Kami hanya bisa berdoa kepada Allah, semoga Allah memberikan taufik dan hidayah bagi orang yang membaca tulisan ini. Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk memanfaatkan waktu dengan baik, dalam hal-hal yang bermanfaat.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Bagi teman-teman yang ingin share, silakan langsung saja. Semoga Allah Ta'ala membalas partisipasi teman-teman sekalian dengan kebaikan yang banyak dan memberkahi teman-teman sekalian, Allahuma amin

Allah Ta'ala berfirman:

وَالْعَصْرِ إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran." (Al-'Ashr: 1-3
)

Semoga bermanfaat