Adakah Nabi dan Rasul sesudah Nabi Muhammad SAW ?
- Definisi perbedaan Nabi dan Rasul
Terdapat beberapa definisi tentang perbedaan Nabi dan Rasul, namun semuanya sepakat bahwa Nabi adalah seorang laki-laki yang mendapatkan wahyu dari Allah. Beberapa definisi perbedaan antara Nabi dan Rasul itu di antaranya:
1. Nabi diberi wahyu berupa syariat tapi tidak diperintahkan untuk menyampaikan kepada yang lain, sedangkan Rasul diperintahkan untuk menyampaikan pada yang lain (definisi ini adalah dari Jumhur Ulama’, juga disebutkan dalam Fatwa alLajnah adDaaimah).
2. Rasul diutus dengan membawa syariat baru sedangkan Nabi menguatkan / melanjutkan syariat dari Rasul sebelumnya (definisi ini dijelaskan oleh asy-Syaukaany dan al-Aluusy).
3. Rasul diutus kepada kaum yang menentang, sedangkan Nabi diutus kepada kaum yang sudah tunduk dengan syariat dari Rasul sebelumnya (pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah).
Ibnu Abil ‘Izz al Hanafi mengatakan bahwa mereka telah menyebutkan perbedaan antara nabi dan rasul dan yang terbaik adalah bahwa orang yang diberikan berita oleh Allah swt dengan berita dari langit, jika dia diperintahkan untuk menyampaikannya kepada orang lain maka ia adalah nabi dan rasul sedangkan jika dia tidak diperintahkan untuk menyampaikan kepada orang lain maka ia adalah nabi dan bukan rasul. Rasul lebih khusus daripada nabi, setiap rasul adalah nabi dan tidak setiap nabi adalah rasul. (Syarh ath Thahawiyah fii ‘Aqidah as Salaf hal 296)
Syeikh ‘Athiyah Saqar mengatakan bahwa nabi adalah seorang manusia yang diberikan wahyu kepadanya dengan suatu syariat untuk diamalkan akan tetapi dia tidak diperintahkan untuk menyampaikannya. Sedangkan Rasul adalah seorang manusia yang diberikan wahyu dengan suatu syariat untuk diamalkan dan dia diperintahkan untuk menyampaikannya. Setiap rasul adalah nabi dan tidak setiap nabi adalah rasul.
- Siapakah Rasul pertama ?
Rasul pertama adalah Nuh ‘alaihissalam, sesuai dengan hadits tentang syafaat pada hari kiamat, setelah mendatangi Adam, orang-orang mendatangi Nuh untuk meminta syafaat dengan mengatakan:
Wahai Nuh, engkau adalah Rasul pertama (yang diutus) untuk penduduk bumi (H.R al-Bukhari dari Abu Hurairah).
Dalam lafadz lain, disebutkan bahwa Nabi Adam sendiri yang menyatakan bahwa Nuh adalah Rasul pertama:
Maka orang-orang mendatangi Adam dan berkata: Wahai Adam, tidakkah engkau tahu (bagaimana keadaan manusia). Allah telah menciptakanmu dengan TanganNya, dan Allah (memerintahkan) Malaikat bersujud kepadamu dan Allah mengajarkan kepadamu nama-nama segala sesuatu. Berilah syafaat kami kepada Rabb kami sehingga kami bisa mendapatkan keleluasaan dari tempat kami ini. Adam berkata: aku tidak berhak demikian, kemudian Adam menceritakan kesalahan yang menimpanya. (Adam berkata): akan tetapi datanglah kepada Nuh, karena ia adalah Rasul pertama yang Allah utus kepada penduduk bumi. Maka orang-orang kemudian mendatangi Nuh….(H.R alBukhari dan Muslim dari Anas bin Malik).
Ini adalah riwayat yang shohih, karena disebutkan dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim.
C. Siapakah Nabi dan Rasul terakhir?
Alquran menjelaskan bahwa telah tertutupnya pintu Nubuwwah dan Ri-salah setelah wafat-nya Nabi Muhammad SAW hingga hari kiamat. Beliau SAW, telah ditetapkan Allah SWT sebagai penutup para nabi, atau nabi yang terakhir. Tidak akan ada nabi dan rasul baru, setelah diutusnya Nabi Muhammad SAW.
Allah SWT berfirman: "Mu-hammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu".(Al Ahzab (33):40)
Allah SWT berfirman: "Mu-hammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu".(Al Ahzab (33):40)
Imam Thabariy menafsir-kan ayat tersebut sebagai beri-kut, "Wahai manusia, sesungguh-nya Nabi Muhammad itu bukan-lah bapak dari Zaid bin Haritsah dan juga bukanlah bapak dari seorang di antara kalian (para sahabat) yang tidak dilahirkan (keturunan) dari Nabi Muham-mad SAW; sehingga ia (Nabi Muhammad) diharamkan meni-kahi istri mereka, setelah mereka mencerainya. Akan tetapi, ia ada-lah Rasulullah dan penutup para Nabi (khaatam al-nabiyyiin). Beliau adalah penutup kenabian (nubuwwah), sekaligus orang yang diberi cap kenabian. Atas dasar itu, kenabian (nubuwwah) tidak akan dibukakan kepada seorang pun setelah beliau SAW, hingga hari kiamat".(Imam Tha-bariy, Tafsir al-Thabariy, juz 20, hal. 278)
Imam Ibnu Katsir menyata-kan, "Ayat ini merupakan nash yang menunjukkan tidak adanya nabi setelah Nabi Muhammad SAW. Jika tidak ada nabi setelah beliau SAW, lebih-lebih lagi seorang rasul. Sebab, kedudukan risalah (menyampaikan risalah) lebih khusus daripada keduduk-an nubuwwah (kenabian). Pasal-nya, setiap rasul adalah nabi, tidak sebaliknya. Oleh karena itu, masalah ini telah disebutkan oleh hadits-hadits mutawatir yang di-riwayatkan oleh mayoritas saha-bat dari Nabi SAW. (Imam Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, surat Al Ahzab (33):40)
Sahabat Rasulullah SAW Ibnu Abbas ketika menjelaskan QS Ahzab : 40 diatas menyebut-kan: dengan Nabi Muhammad SAW. Allah telah menutup nabi-nabi yang sebelumnya, maka ti-dak akan ada nabi baru sesudah-nya (Tanwir al Miqbas Min Tafsiri Ibni Abbas). Baliau juga berkata “Seolah-olah Allâh berkehendak dengan firman-Nya, kalaulah Allâh tidak menutup nabi-nabi dengan kenabian Muhammad, seolah Allâh berfirman, pasti Aku jadikan seorang Nabi di antara anaknya. Tapi Allâh Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu. Kenapa tidak menjadikan salah satu anak Muhammad sebagai Nabi dan Rasûl karena memang Allâh berkehendak Muhammad sebagai Nabi terakhir.”
Sahabat Rasulullah SAW Ibnu Abbas ketika menjelaskan QS Ahzab : 40 diatas menyebut-kan: dengan Nabi Muhammad SAW. Allah telah menutup nabi-nabi yang sebelumnya, maka ti-dak akan ada nabi baru sesudah-nya (Tanwir al Miqbas Min Tafsiri Ibni Abbas). Baliau juga berkata “Seolah-olah Allâh berkehendak dengan firman-Nya, kalaulah Allâh tidak menutup nabi-nabi dengan kenabian Muhammad, seolah Allâh berfirman, pasti Aku jadikan seorang Nabi di antara anaknya. Tapi Allâh Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu. Kenapa tidak menjadikan salah satu anak Muhammad sebagai Nabi dan Rasûl karena memang Allâh berkehendak Muhammad sebagai Nabi terakhir.”
Begitu banyak hadits yang mempertegas bahwa beliau adalah Nabi terakhir. Antara lain dalam shahih Bukhari dan shahih Muslim. Rasûl menyatakan, “Perumpamaanku dibandingkan dengan nabi-nabi sebelumku, bagaikan seorang laki-laki yang sedang membangun rumah (akidah). Masing-masing dari laki-laki itu memperbagus dan memperindah bagaimana supaya rumah (akidah) itu kuat. Dan aku adalah Nabi yang paling terakhir diantara nabi-nabi.”
Imam Tirmidziy menge-tengahkan sebuah riwayat dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya kerasulan dan kenabian telah ter-putus, maka tidak ada rasul dan nabi sesudahku."[HR. Trmidziy, juz 3, hal. 364]
Imam Bukhari menuturkan sebuah hadits dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW ber-sabda, "Adalah Bani Israil, urusan mereka senantiasa diatur oleh para nabi, setiap nabinya telah wafat, maka akan diganti nabi yang lain. Akan tetapi, tidak ada nabi sesudahku; yang ada adalah para khalifah dan jumlahnya sa-ngat banyak." (HR.Bukhari, juz 2, hal. 175)
Imam Bukhari menuturkan sebuah hadits dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW ber-sabda, "Adalah Bani Israil, urusan mereka senantiasa diatur oleh para nabi, setiap nabinya telah wafat, maka akan diganti nabi yang lain. Akan tetapi, tidak ada nabi sesudahku; yang ada adalah para khalifah dan jumlahnya sa-ngat banyak." (HR.Bukhari, juz 2, hal. 175)
Di dalam Khutbah terakhir beliau, Rasulullah SAW bersabda :
“Wahai manusia, tidak ada Nabi da Rasul sesudahku dan tidak akan ada lagi agama yang akan lahir sesudah ini. Karena itu manusia, berfikirlah dengan baik dan pahamilah kata-kata yang kusampaikan kepadamu.aku tinggalkan untukmu dua perkara, Al Qur’an dan Sunnah jika kamu berpegang pada keduanya niscaya kamu tidak akan tersesat...”
Rasulullah SAW bersabda kepada Sahabat Ali bin Abi Thalib,
“Wahai Ali, hubunganmu denganku seperti hubungan antara Harun dengan Musa. Tetapi tidak ada lagi Nabi sesudahku (Hr. Bukhari dan Muslim dalam Fada’il As sahaba)
Walhasil dari sini pula dapat dipahami, sesungguhnya Allah SWT telah menutup pintu risalah dan nubuwwah setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW hingga akhir zaman. Tidak akan pernah ada pengangkatan nabi atau rasul baru. Sebab, Rasul sudah tentu Nabi sedangkan Nabi belum tentu Rasul.
Walhasil dari sini pula dapat dipahami, sesungguhnya Allah SWT telah menutup pintu risalah dan nubuwwah setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW hingga akhir zaman. Tidak akan pernah ada pengangkatan nabi atau rasul baru. Sebab, Rasul sudah tentu Nabi sedangkan Nabi belum tentu Rasul.
Wallahua’lam BisShawaf...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar