Di kisahkan di sebuah Rumah Sakit
Ibu dan anak beberapa dokter sedang melakukan sebuah penelitian mengenai
kesehatan bayi – bayi yang baru lahir di rumah sakit mereka. Penelitian
tersebut dilakukan karena mereka khawatir dengan kesehatan bayi-bayi yang tidak
sama, ada bayi yang sehat dan cepat pertumbuhannya dan ada yang kurang sehat
dan lamban pula pertumbuhannya.
Dari semua fakta yang di peroleh
di lapangan di ketahuilah bahwa kebanyakan bayi yang mudah sakit adalah
bayi-bayi yang posisi boxnya (tempat tidur bayi di Rumah sakit) paling depan,
karena bayi-bayi tersebut di taruh di posisi box yang berurutan dari depan ke
belakang. Fakta mengejutkan lainnya yaitu
bayi yang diposisi paling belakang ternyata pertumbuhannya justru lebih
baik daripada yang lain dan jauh lebih sehat. Ada apa gerangan?
Penelitianpun terus dilakukan.
Akhirnya team Dokter menemukan
jawabannya.
Setiap hari ada suster-suster
yang bertugas untuk membersihkan ruangan bayi-bayi tersebut. Setelah selesai
membersihkan ruangan tersebut beberapa suster tidak langsung keluar
menyelesaikan tugas di ruangan lain, tetapi malah menggendong seorang bayi
untuk ditimang dan diajak bercanda. Sehingga bayi tersebut merasa gembira dan
bahagia dalam dekapan mereka. Dan bayi yang mereka ajak bercanda adalah bayi
yang berada di box paling belakang, pertumbuhan mereka baik karena hati mereka
bahagia,sedangkan bayi yang berada di box paling depan jarang sekali mereka
ajak bercanda sehingga keceriaan hati mereka jarang disentuh dengan kasih
sayang. Subhanallah..Bagaimana bisa?
Manusia adalah makhluk ciptaan
Allah SWT yang paling sempurna bila di bandingkan dengan makhluk ciptaan Allah
SWT yang lainnya. Karena selain di beri akal, manusia juga di beri hati dan
nafsu yang kesemuanya kita gunakan untuk menjalani kehidupan sehari-hari di
dunia dalam rangka mencari bekal untuk kehidupan abadi dan hakiki di akherat
kelak.
Hati adalah harta berharga yang
di berikan oleh Allah SWT kepada manusia karena dengan hati kita dapat berkasih
sayang. Dengan hati kita bisa saling mengenal dan dengannya pula kita bisa
membedakan antara baik dan buruk.
Dari kisah diatas dapat kita
simpulkan bahwa kasih sayang dan ketenangan hati adalah harta yang berharga
bagi manusia lemah seperti kita. Kesehatan dan kecerdasan pribadi tidak bisa di
ukur dengan bilangan uang karena dia muncul dari dalam hati, tidak bisa
perintah apalagi dipaksakan. Dan hati selalu memberi imbalan sesuai dengan
usaha kita, semakin kita bisa membahgiakan hati maka hatipun akan dengan penuh
semangat untuk dapat membahagiakan pemiliknya.
Hati adalah segumpal darah yang
membentuk kepribadian. Seorang yang berhati bersih pasti memiliki kepribadian
yang luar biasa bahkan mungkin kebersihan haitnya lebih di kenal daripada pemiliknya.
Seperti Rasulullah Saw yang memliki hati paling bersih, sampai saat ini
meskipun belum pernah berjumpa dengan beliau tetapi kemuliaan hati beliau terus
kita kenang, kita pelajari dan kita ikuti. Jutaaan orang setiap saat berlomba-lomba
untuk menjadi seperti beliau, dengan segala kesabaran, keikhlasan, kezuhudan
dan keberaniannya.
Hatilah yang menjadikan seorang
Umar bin Khattab taat kepada Rabbnya. Beliau adalah orang yang paling keras
perlawanannya terhadap Islam ketika itu, bahkan sering beliau sesumbar kalau
belaiu ingin memenggal kepala Rasul mulia Muhammad SAW. Tetapi Allah SWT maha berkehendak, dengan segala kemudahannya
Allah SWT membalik hati Umar dari seorang yang beringas menjadi tentara Allah
yang paling berani namun lembut hatinya. Beliau adalah pemuda pertama yang
berani berteriak di depan kaum kafir Mekah demi memamerkan keislamannya,
meskipun di larang oleh Rasulullah.Bahkan dengan Islamnya Umar, kaum muslimin
di Mekkah ketika itu berani berdakwah secara terang-terangan. Subhanallah..
Ibarat pemerintahan hati adalah Presidennya.
Yang mengatur semua tingkah laku dan perbuatan anggota tubuh lain. Bahkan otak
pun tidak berani membantah perintah hati meski perintah itu pada dzahirnya mustahil
dilakukan. Hati pula yang menjadikan seseorang mulia atau sebaliknya.
Karena itu bentuklah hati kita
menjadi hati yang mulia sehingga diri kita seluruhnya akan turut mulia dan
dikenal sebagai orang yang mulia, bukan karena jabatan dan harta tapi karena
hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar